Pada tanggal 4 Januari 2024, Desa Labuhan Jambu menjadi saksi dari sebuah inisiatif yang melibatkan berbagai pihak terkait dalam upaya pelestarian lingkungan. Kegiatan Sekolah Lingkungan dan Konservasi yang digelar di Desa ini melibatkan banyak pihak, termasuk Penyuluh Perikanan, UPT Kelautan Dan Perikanan, Bhabinsa, Bhabikamtibmas, Kelompok Nelayan, Pokmaswas, Universitas Samawa, dan SDN Labuhan Jambu. Desa Labuhan Jambu, yang menjadi latar belakang kegiatan ini, bukan hanya terkenal sebagai daerah pesisir yang kaya akan sumber daya perikanan, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam upaya pelestarian lingkungan secara berkelanjutan.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi nyata berkat dukungan penuh dari Pemerintah Desa dan lembaga pendidikan, tetapi juga menjadi peluang emas bagi siswa-siswa untuk memperluas wawasan mereka tentang lingkungan dan konservasi. Antusiasme siswa yang mencapai sekitar 80 orang terpancar jelas. Mereka tidak hanya dijejali dengan pengetahuan di dalam kelas, tetapi juga terlibat langsung dengan keajaiban alam di lapangan, melalui aksi menanam Mangrove sebagai bagian dari proses edukasi konservasi. Kegiatan tersebut tidak hanya sekadar seremonial, tetapi juga menyiratkan makna mendalam tentang perlunya memahami dan merawat ekosistem yang ada. Peserta kegiatan diajak untuk mengenal lebih dalam tentang kekayaan alam kawasan konservasi, seperti Mangrove, Lamun, Terumbu Karang, serta ragam ikan dan biota laut lainnya. Edukasi ini disampaikan secara khusus kepada anak-anak SDN Labuhan Jambu, sebagai upaya mengatasi kurangnya pemahaman tentang lingkungan dan pesisir di kalangan mereka.
Menyadari pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini, kegiatan ini dianggap sebagai langkah awal untuk menjaga sumber daya alam bagi generasi penerus. Melalui pendekatan edukatif yang menarik, siswa-siswi SDN Labuhan Jambu diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam upaya pelestarian alam di masa depan.
Tak hanya menyasar siswa, edukasi juga dilakukan secara langsung kepada kelompok masyarakat nelayan yang turut terlibat dalam kegiatan ini. Dengan demikian, upaya pelestarian alam ini tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga menjadi semangat bersama dalam menjaga keberlangsungan hidup bagi semua makhluk di bumi ini.
Penanaman 350 bibit Mangrove, yang melibatkan 98 partisipan, bukan hanya sekadar tindakan fisik, tetapi juga simbol dari komitmen bersama untuk menjaga ekosistem. Dengan harapan akan kelanjutan kegiatan ini, serta upaya pemantauan yang berkelanjutan terhadap Mangrove yang ditanam, semoga tercipta sebuah gerakan yang tak hanya melestarikan, tetapi juga menginspirasi generasi mendatang untuk berperan aktif dalam menjaga alam kita.