Berita

Sosialisasi Blue Carbon Di Teluk Saleh: Langkah Nyata Menuju Laut Yang Berkelanjutan

Laut menyimpan potensi besar dalam menghadapi perubahan iklim, salah satunya melalui ekosistem blue carbon. Mangrove, padang lamun, dan rawa pasang surut berperan penting sebagai penyerap karbon alami yang mampu menyimpan emisi dalam jumlah besar selama ratusan hingga ribuan tahun. Namun, ekosistem pesisir ini kini berada dalam ancaman akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Melalui konservasi kelautan yang terfokus pada pelestarian dan pemulihan blue carbon, berbagai upaya dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus mendukung agenda mitigasi perubahan iklim global.

Teluk Saleh merupakan sebuah teluk yang terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diantara Kabupaten Sumbawa dan Dompu. Perairan Teluk Saleh memiliki sumber daya alam pesisir dan laut yang beraneka ragam, sehingga untuk masa yang akan datang merupakan sumber ekonomi baru bagi pertumbuhan pembangunan di Provinsi NTB. Di dalam Teluk Saleh terdapat sekitar 27 Desa pesisir yang terletak disepanjang Teluk Saleh. Desa pesisir Teluk Saleh yang masuk ke wilayah konservasi TWP Rakit Lipan yaitu Desa Teluk Santong, Labuhan Aji dan Desa Labuhan Jambu. Desa Labuhan Jambu selain dikenal Wisata Hiu Paus juga dengan melimpahnya kertersediaan sumber daya lautnya. Perlu adanya gerakan konservasi dari kelompok masyarakat dan stakeholder terkait dalam mendukung kegiatan-kegiatan melestarikan lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut maka pada tanggal 10 Maret 2024 Yayasan Bentang bersama Rekan Nusantara Foundation melakukan Sosialisasi terkait Blue Carbon di Kawasan Konservasi Pulau Rakit dan Pulau Lipan, yang berlokasi di Desa Labuhan Jambu. Kegiatan ini dihadiri oleh 36 peserta yang berasal dari berbagai stakeholder, termasuk Pemerintah Desa, Penyuluh Perikanan, Bhabinsa, BPD, Karang Taruna, Kelompok Nelayan (KUB), serta perwakilan dari Universitas Samawa, Universitas Teknologi Sumbawa, dan perwakilan dari ibu-ibu istri nelayan yaitu Poklahsar.

Acara tersebut dimoderatori oleh Bapak Agum Rhismanda dari Yayasan Bentang Alam Nusantara dan dibuka oleh Pemerintah Desa Labuhan Jambu yang diwakili oleh Sekretaris Desa, Bapak Arsis. Dalam sambutannya, Bapak Arsis menekankan pentingnya kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan. Beliau juga menyampaikan bahwa perhatian terhadap upaya perawatan ekosistem laut sangat diperlukan. Pemerintah Desa juga mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi sosial dan lingkungan, terutama untuk Teluk Saleh dan Desa Labuhan Jambu. Sebagai langkah awal, diharapkan kegiatan ini dapat berlanjut dengan fokus pada kelestarian lingkungan laut Teluk Saleh serta mitigasi perubahan iklim.

Salah satu materi yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah mengenai Blue Carbon, khususnya mengenai lamun, yang dipaparkan oleh Yayasan Rekam. Selanjutnya, peserta diajak untuk menonton video yang menggambarkan berbagai aktivitas pemanfaatan Blue Carbon di laut, dengan fokus pada ekosistem lamun dan mangrove.

Kegiatan ini juga diisi dengan sesi tanya jawab. Pada kesempatan tersebut, Bapak Hasiruddin, perwakilan dari Pokmaswas Lestari Bahari, menyampaikan pentingnya adanya aksi langsung seperti penanaman lamun dan mangrove untuk mendukung keberlanjutan ekosistem tersebut. Selain itu, Bapak Nurdin, perwakilan dari Kelompok Nelayan, juga berbagi pengalaman mengenai rehabilitasi mangrove yang telah dilakukan secara mandiri di Pulau Kapas, yang merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Kegiatan ini menunjukkan sinergi antara berbagai pihak dalam upaya konservasi dan perlindungan lingkungan, khususnya dalam mendukung ekosistem laut yang ada di Teluk Saleh. Diharapkan kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanjutan lingkungan serta mengimplementasikan tindakan nyata untuk mitigasi perubahan iklim.